BAB I
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hemofilia adalah suatu penyakit yang diturunkan, yang artinya
diturunkan dari ibu kepada anaknya pada saat anak tersebut dilahirkan.
Hemofilia
adalah kelainan koagulasi darah bawaan yang paling sering dan serius,
berhubungan dengan defisiensi faktor
VII, IX atau XI. Biasanya hanya terdapat pada pada anak laki-laki, terpaut
kromosom X dan bersifat resesif.(Perkapita Selekta Jilid 2)
Hemofilia
adalah kelainan perdarahan herediter terikat seksi yang dikarakteristikkan oleh
defisiensi faktor pembekuan esensial. (Barbara Engram Vol. 2)
B.
Etiologi
Kekurangan
factor koagulasi yang diturunkan wanita carries ke anak pria dalam gen X
terangkai resesif.
Kekurangan
faktor pembekuan VIII dan IX.
Hemofilia terbagi atas
dua jenis, yaitu :
B.1
Hemofilia A; yang dikenal juga dengan nama :
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
BAB II
ASUHAN
KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Data Dasar
1.
Tanyakan
mengenai riwayat keluarga dengan kelainan perdarahan.
2.
Tanyakan
tentang perdarahan yang tidak seperti biasanya, manifestasi hemofilia meliputi
perdarahan lambat dan menetap stelah trauma, perdarahan spontan dan petekie
tidak terjadi pada hemofilia. Penyakit didiagnosis awal pada bayi baru lahir,
bila perdarahan lama menetap terjadi setelah sirkumsisi.
3.
Pemeriksaan
fisik dapat menunjukkan perdarahan selama periode eksaserbasi:
a.
Pembentukan
hematoma (subkutan atau intramuskular).
b.
Neuropati
perifer karena kompresi saraf perifer dan hemoragi intramuskular.
c.
Hemoragi
intrakranial : sakit kepala, gangguan penglihatan, perubahan pada tingkat
kesadaran, peningkatan TD dan penurunan frekuensi nadi.
d.
Hematuria,
hemartrosis( perdarahan pada sendi), epistaksis.
e. Kulit
1. Warna
pucat, ikterus
2. Petekia
3. Memar
/ hematom
4. Perdarahan
dari membran mukosa / dari luar suntikan / pungsi vena.
f. Abdomen
1. Pembesaran
hati
2. Pembesaran
limpa
g. Kaji
anak terhadap perilaku verbal dan non verbal yang mengindikasikan nyeri.
h. Kaji
tempat tempat terkait untuk menilai luasnya perdarahan dan luasnya kerusakan
sensori, saraf dan motoris.
i.
Kaji kemampuan anak untuk melakukan
aktivitas perawatan diri (missal : menyikat gigi).
j.
Kaji tingkat perkembangan anak.
k. kaji
kemampuan pasien dan keluarga tentang kondisi dan tindakan.
l.
Kaji dampak kondisi pada gaya hidup
baru.
2.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Nyeri
berhubungan dengan perdarahan jaringan dan sendi.
- Resiko terhadap kerusakan integritas kulit dan kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi darah jaringan sekunder terhadap perdarahan.
- Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan factor : perdarahan faktor kontrol sekunder terhadap hemofilia.
3.
INTERVENSI
KEPERAWATAN
Dx: Nyeri berhubungan dengan
perdarahan jaringan dan sendi.
|
Tujuan
: setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam nyeri berkurang atau
hilang dengan kriteria hasil:
-
Klien mengatakan nyeri berkurang.
-
Klien mengatakan dapat
beristirahat.
-
Klien mengatakan menerapkan
teknik non farmakologi manajemen nyeri.
-
Klien tampak rileks
-
Skala nyeri 3-5
|
Intervensi
|
1. Pantau
pasien terhadap ketidak nyamanan sendi (skala nyeri ?)
2. Pasang
bebar atau alat penyokong lain pada sendi, imobilisasikan sendi pada sedikit
fleksi.
3. Elevasikan
atau tempatkan bantal di bawah sendi yang sakit untuk meningkatkan
kenyamanan.
4. Ajarkan
teknik non farmakologi menghilangkan nyeri misalnya mendengarkan musik, napas
dalam.
5. Bantu
pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
6. Berikan
analgesik sesuai program.
|
Dx: Resiko terhadap kerusakan
integritas kulit dan kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan
perubahan sirkulasi darah jaringan sekunder terhadap perdarahan.
|
Tujuan: setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 4x24 jam resiko kerusakan integritas kulit dapat
diminimalkan atau tidak terjadi dengan kriteria hasil:
-
Kulit dan jaringan pasien tetap
utuh dan tidak menunjukan memar dan bengkak.
Intervensi
|
1. Inspeksi
kulit pasien sedikitnya 4 jam, waspadai memar, area tertekan dan bengkak.
2. Berikan
es atau tekanan di atas sisis perdarahan intradermal untuk meningkatkan
vasokontriksi.
3. Tangani
pasien dengan perlahan untuk meminimlkan resiko trauma jaringan.
4. Bantu
pasien untuk melekukan latihan rentang gerak setiap hari untuk meningkatkan
mobilitas sendi dan perfusi ke jaringan.
5. Bantu
pasien ambulasi jika ditoleransi untuk meningkatkan sirkulasi ke jaringan.
|
Dx: Resiko tinggi terhadap cedera
berhubungan dengan factor : perdarahan faktor kontrol sekunder terhadap
hemofilia.
|
Tujuan : setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1x24 jam cidera dapat diminimalkan atau tidak terjadi
dengan kriteria hasil:
-
Mobilitas sendi normal.
-
Tidak ada memar.
-
Tidak ada defisit neurologis permanen.
|
Intervensi
|
1. Untuk
cedera kepala :
-
Pantau status neurologis
terdeteksi, misalnya : sakit kepala, mual, muntah, ketidaktepatan afek,
kerusakan memori, perubahan tingkat kesadaran.
-
Beri factor pembekuan yang
ditentukan dan elevasi keefektifannya.
-
Pertahankan tirah baring pada
posisi semi fowler atau fowler.
2. Untuk
hemartrosis :
-
Pantau status neurovaskuler dari
ekstremitas yang sakit.
-
Beri tahu dokter bila
pembengkakan sendi berlanjut, atau nutrisi menetap atau kebas dan kesemutan
terjadi pada saat tindakan telah dimulai selama 24 jam.
-
Pertahankan tirah baring pada
sendi yang sakit ditinggikan.
-
Beri kompres es sesuai pesanan.
-
Berikan factor pembekuan yang
diresepkan dan dievaluasi keefektifannya.
-
Mulai latihan rentang gerak gerak
pasif bila pembengkakan telah berkurang.
-
Beri alat Bantu untuk ambulasi.
-
Barikan analgesik yang diresepkan
untuk mengontrol nyeri sendi dan evaluasi keefektifannya.
|
DAFTAR
PUSTAKA
Engram, B., 1998.
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2, Jakarta: EGC.
Ceciely
B,L., Linda, S,A., 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik., Jakarta: EGC.
Kapita Selekta Edisi 3 Jilid 2, 2000. Media Aesculapius.
Fakultas Kedokteran UI. Jakarta.
Handayani w., haribowo
S, A., 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
hematologi., Jakarta : Salemba Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar