Selasa, 29 Maret 2011

Askep Gastritis


Tinjauan Medis

A.     Definisi
·      Gastritis merupakan proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung yang dapat bersifat akut dan kronik difus atau local (Soeparman, 2001 : 127).
·      Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik difus dan lokal dan ada dua jenis gastritis yang terjadi yaitu gastritis superfisial akut dan gastritis atropi kronik (Brunner Suddarth, 2002 : 1062).
a.      Klarifikasi
Gastritis dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
·         Gastritis Akut
Gastritis akut merupakan iritasi mukosa lambung yang sering diakibatkan karena diet yang tidak teratur. Dimana individu makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme. Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya jinak dan dapat sembuh dengan sendirinya, merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritasi lokal.
·         Gastritis Kronik
Merupakan iritasi lambung yang dapat disebakan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung atau disebabkan oleh  Helicobacter pylori (H. pylori). Gastritis kronik dapat dikalsifikasikan sebagai tipe A atau tipe B (sering disebut sebagai Gastritis Autoimun)
 (Brunner and Suddarth, 2002 : 1062)

B.     Etiologi
·         Gastritis Super Fisial Akut
ü  Endokrin bakteri dari stopylococus E.Colly atau salmonela (masuk setelah makanan terkontaminasi)
ü  Obat-obat NSAID (Indometosin, libiprofen, haproksen) sulfanamida, steroid dan digitalis
ü  Makanan yang meningkatkan sekresi asam lambung, seperti lada, cuka.
ü  Kafein, alkohol, asipirin
ü  Makanan yang masuk dalam lambung meningkat dan mengiritasi mukosa lambung, seperti cabe, lada.
ü  Refluks empedu atau terapi radiasi
ü  Keracunan zat korosit yang asam atau bassa  (Ignatavius, Donana D, 1995 : 1380)
·         Gastritis Atropi Kronik
ü  Bakteri helicobacter pylori
ü  Ulcus benigna atau maligna dari lambung
Faktor predisposisi (Kafein, alkohol,aspirin)    (Ignatavius, Donna D. 1995 : 1380)

 


A.    Patofisiologi
·         Gastritis Akut
Membran mukosa lambung di iritasi bakteri endoktosin, obat NSAID, alkohol , kafein, aspirin menjadi edema dan mukosa memerah dan hiperemik (kongesti dengan jaringan, cairan dan darah) dan akan mengalmai erosi superfisial. Bagian ini mensekresi sejumlah getah lambung yang mengandung sangat sedikit asam tetapi banyak mucus, sehingga terjadi sekresi superfisial dan dapat menimbulkan haemoragi yang dimanifestasikan hematemesis.
·         Gastritis Kronik
Gastritis kronik dapat diklarifikasikan sebagai tipe A atau tipe B. Tipe A (sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B (kadang disebut gastritis H. pylori) mempengaruhi antrum dan pylorus (ujung bawah lambung dekat duodenum). Ini dihubungkan dengan bakteri H. pylori; faktor diet seperti makanan pedas, penggunaan obat-obatan dan alcohol; merokok.

A.    Pathway






























B.     Pemeriksaan Diagnostik
No
Pemeriksaan Diagnostik
Temuan
Normal
1
Pemeriksaan Darah
Ditemukan bakteri stopylococus E.Colly atau salmonella, Helicobacter Pylori

Tidak ditemukan bakteri yang menyebabkan gastritis
2
Pemeriksaan Feses
Ditemukan darah pada feses
Tidak ditemukan darah pada feses
3
Pemeriksaan Endoskopi
Mengidentifikasi dan menunjukan adanya inflamasi, ulkus, dan lesi pada mukosa lambung.
Tidak ditemukan inflamasi, ulkus, dan lesi pada mukosa lambung

A.    Tanda dan Gejala
·         Gastritis Akut
ü  Adanya keluhan anoreksia dan mual
ü  Sakit kepala
ü   Mengalami ketidaknyamanan, malaise
ü   Nyeri epigastrium
ü   Muntah dan cegukan
ü   Perdarahan
ü   Hematemesis
·         Gastritis Kronik
ü  Anoreksia
ü  Nyeri hulu hati setelah makan
ü   Kembung
ü   Rasa asam dimulut
ü   Mual dan muntah                                     (Black, Joyce M. 1993 : 1607 – 1508)


 
A.    Komplikasi
·         Hemoragi
·         Obstruksi jalan napas
·         Ulkus Peptikum

B.     Prognosa
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya pasien ini mengalami gastritis yang kemudian berkomplikasi menjadi ulkus peptikum. Perjalanan penyakit diawali dengan infeksi Helicobacter pylori yang kemudian merusak mukosa. Akibatnya mukosa gaster terkena dengan asam lambung dan lama kelamaan mukosa lambung menjadi tidak kontinu. Diare yang terjadi karena pasien meminum obat antasid yang mengandung magnesium hidroksida yang mana memiliki efek katartik yaitu menarik air. Akibat cairan yang hilang, maka terjadilah dehidrasi, sehingga terjadi hipernatremia, sehingga cairan dari intrasel keluar ke ekstrasel, sel mengerut dan timbulah manifestasi seperti turgor perut menurun, mata cekung, tangan keriput, dan bibir kering. Apatis terjadi karena dehidrasi sel otak. Penatalaksanaan yang diberikan yaitu antibiotik untuk infeksinya, rehidrasi seperti NaCl maupun ringer laktat untuk dehidrasi. Untuk menetralkan asam dapat diberikan antasid yang mangandung alumunium hidroksida. Sedangkan untuk gastritis dan ulkus peptikum dapat diberikan antihistamin maupun antikolinergik. Jadi, dapat disimpulkan prognosis pasien ini buruk bila tidak segera ditatalaksana.

A.    Penatalaksanaan Medis
·         Gastriris Akut
ü  Menghindari makanan dan minuman yang dapat meningkatkan sekresi asam lambung, misalnya kol, umbi-umbian dan minuman bersoda.
ü  Pemakaian penghambat HO2 (seperti ranitidin untuk mengurangi sekresi asam, sukrafat atau antacid dapat mempercepat penyembuhan)
ü  Obat-obat anti muntah dapat membantu menghilangkan mual dan muntah.
ü  Jika terjadi muntah perlu keseimbangan cairan dan elektrolit dengan memberikan infus intravena

·         Gastritis Kronik
ü  Mengubah diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stres dan memulai farmakoterapi.
ü  Pemberian antibiotik (seperti tetraciklin atau amoksilin)
ü  Menghindari alkohol dan obat-obatan yang mengiritasi mukosa lambung
ü  Vitamin B12 dan terapi yang sesuai lainnya diberikan pada anemia pernisiosa
(Brunner and Suddarth, 2002 : 1063)


A.    PENGKAJIAN
Data tergantung pada tahap penyakit dan darajat yang terkena
1.      AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala        : Kelelahan umum & kelemahan                                  
Tanda        : Takikardia, Takipneu, Hiperventilasi

2.      SIRKULASI
Gejala        : Hipotensi
Tanda        : Takhikardi, Disritmia, Kelemahan nadi / perifer,
Pengisian kapiler lambat, Warna kulit pucat, sianosis,
Kelembaban kulit berkeringat.

3.      INTEGRITAS EGO
Gejala        : Faktor stress akut / psikologi, Perasaan tidak berdaya.
Tanda        : Ansietas, misalnya ; pucat,, gelisah, berkeringat.

4.      ELIMINASI
Gejala        : Perubahan pola defekasi / karakteristik feces.
Tanda        : Nyeri tekan abdomen, Distensi abdomen, Peningkatan bunyi usus,
 Karakteristik feces ; diare dan konstipasi.

5.      MAKANAN/CAIRAN
Gejala        : Anorexia, mual, dan muntah, cegukan.
Tanda        : Muntah, membran mukosa kering, turgor kulit menurun.

6.      NEUROSENSORI
Gejala         : Pusing, sakit kepala, terasa berdengung. Status mental, tingkat kesadaran      terganggu, cenderung mengantuk, disorientasi, bingung.

1.      NYERI/KENYAMANAN
Gejala        : Nyeri digambarkan hebat, sedang, dan perih.
 Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah banyak makan & hilang setelah minum obat antasida. Nyeri epigastrium kiri menyebar ketengah dan menjalar hingga kepinggang 1-2 jam setelah makan ( ulkus peptikum ). Nyeri epigastrium kanan 4 jam setelah makan dan hilang setelah diberi antasida
( ulkus doudenum ). Faktor pencetus adalah makananan, rokok, alkohol penggunaan obat tertentu.Stress psikologis.

2.      KEAMANAN
Gejala        : Alergi terhadap obat.
Tanda        : Peningkatan suhu tubuh.


 
a.      Diagnosa Keperawatan
·         Analisa Data
No
Symptom
Problem
Masalah Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
1
Ds: Klien mengatakan adanya rasa mual muntah, tidak nafsu makan, nyeri pada daerah epigastrium dan menjalar ke pinggang.

Do: Pasien mual dan muntah, anoreksia, keadaan umum pasien lemah, wajah pucat, mukosa bibir tampak kering, kulit kering.
Hasil pemeriksaan Lab, pada CT-Scan menunjukkan terjadi iritasi pada mukosa lambung.
Iritasi mukosa gaster
Nyeri kronik
Nyeri kronik berhubungan dengan iritasi mukosa gaster
2
Ds: Klien mengeluh tidak nafsu makan karena mual dan muntah, nyeri pada epigastrium, klien merasa sangat lemah.

Do: Keadaan umum pasien lemah, mual dan muntah, anoreksia, mukosa bibir kering, mata cekung, kulit kering, penurunan berat badan, tek.darah menurun (>110/65 mmHg),
Nadi tidak teratur (65x/menit)

Anoreksia
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia






3
Ds: Klien mengatakan kekhawatiran terhadap penyakitnya, cemas, dan gelisah.

Do: Pasien tampak cemas dan gelisah, Tidak dapat beristirahat dengan tenang.
Perubahan status kesehatan
Ansietas
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

b.      Prioritas Masalah
·         Nyeri kronik berhubungan dengan iritasi mukosa gaster
·         Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
·         Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan




a.      Intervensi
No
Dx. Keperawatan
Hari/
Tgl/Jam

Tujuan & KH
Intervensi
Rasional
1
Nyeri kronik berhubungan dengan iritasi mukosa gaster
Minggu/ 12 Maret 2011/ Pukul 10.10


Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 1x 60 menit, nyeri dapat berkurang.
KH: Klien mengatakan nyeri berkurang, mual dan muntah menghilang, nafsu makan meningkat, klien tampak segar, mukosa bibir lembab, kulit tampak lembab, hasil Lab menunjukkan tidak terjadi iritasi lambung yang berlanjut.
1.      Observasi keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitasnya, ( skala 0-10 ), serta
perubahan karakteristik nyeri.

2.      Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan, misalnya makanan yang pedas dan makanan yang dapat menimbulkan gas, seperti kol,umbi-umbian, minuman bersoda.

3.      Berikan makanan lunak sedikit demi sedikit tetapi sering dan beri minum yang hangat.

4.     Kolaborasi dalam pemberian terapi obat-obatan sesuai program;
a)      Antagonis histamine
b)      Garam antibiotik / bismuth
c)      Agen sitoprotektif
d)     Inhibitor pompa proton
e)      Antasida

f)       Antikolinergenik

Perubahan karakteristik nyeri dapat menunjukan penyebaran penyakit / terjadinya
komplikasi.

Dapat menyebabkan distres pada bermacam-macam individu / dispepsia.








Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah periode puasa.

Farmakoterapi membantu mengurangi nyeri sbb:
a)   Antagonis histamine mempengaruhi sekresi asam lambung.
b)  Antibiotik diberikan bersamaan dg garam bismuth mematikan H. pylori.
c)   Agen sitoprotektif melindungi mukosa lambung.

d)  Inhibitor pompa proton menurunkan asam lambung.
e)   Antasida menetralisasi keasaman sekresi lambung.
f)   Antikolinergis menghambat pelepasan asam lambung.

2
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia


Minggu/ 12 Maret 2011/ Pukul 12.00
Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 1x60 menit, kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
KH: Klien mengatakan nafsu makan bertambah, mual dan muntah berkurang, pasien tampak segar, mukosa bibir lembab, turgor kulit baik, mukosa kulit lembab, Nadi normal (80 x/menit), Tek.darah normal (120/80 x/menit).
1.      Buat program kebutuhan nutrisi harian & standar BB minimum.


2.      Berikan perawatan mulut sebelum & sesudah makan.



3.      Hindari makanan yang menimbulkan gas, misalnya kol, umbi-umbian, dan minuman bersoda.





4.     Sediakan makanan dan atur  ventilasi yang baik, lingkungan yang menyenangkan.



5.     Monitor aktivitas fisik dan catat tingkat aktivitas tersebut.

Sebagai acuan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien.

Memberikan rasa nyaman pada mulut dan dapat mengurangi rasa mual.

Dapat mempengaruhi nafsu makan / pencernaan dan membatasi masukan nutrisi.




Lingkungan yang mennyenangkan dapat menurunkan stress dan lebih kondusif untuk
makan.
Membantu dalam mempertahankan tonus otot dan berat badan juga untuk mengontrol
tingkat pembakaran kalori.

3
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

Minggu/ 12 Maret 2011/ Pukul 15.30
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x60 menit, ansietas berkurang.
KH: Cemas dan gelisah dapat berkurang, klien dapat mendiskusikan permasalahan yang dihadapinya, klien dapat memecahkan masalah kesehatannya dengan menggunakan sumber yang efektif.
1.     Observasi respon fisiologis, mis : takipneu, palpitasi, pusing.

2.     Catat petunjuk perilaku, mis : gelisah, mudah tersinggung.

3.     Dorong pernyataan takut dan ansietas, berikan respon umpan balik.








4.     Berikan lingkungan yang tenang untuk beristirahat.






5.     Berikan tehnik relaksasi, mis: latihan nafas dalam dan bimbingan imaginasi.

6.     Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan melakukan koping positif.

Dapat menjadi indikasi derajat ansietas yang dialami pasien.

Indikator derajat ansietas.



Membuat hubungan terapeutik, membantu pasien untuk menerima perasaan dan
menurunkan ansietas yang tidak perlu tentang ketidaktahuan.

Memindahkan pasien dari stresor luar dan meningkatkan relaksasi, juga dapat
meningkatkan ketrampilan koping.

Cara relaksasi dapat membantu menurunkan takut dan ansietas.

Perilaku yang berhasil dapat menguatkan pasien dalam menerima ansietas,
meningkatkan rasa pasien terhadap kontrol diri dan memberikan keyakinan.