A. TINJAUAN MEDIS
a. Definisi
· Flu Burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang menyerang burung / unggas dan manusia. Salah satu tipe yan diwaspadai adalah yang disebabakan oleh influenza dengan kode genetik H5N1 ( H: Haemagglutinin, N: Neuramidase ). (WHO = Avian Influenza, 2004)
Flu Babi adalah penyakit saluran perapasan akut pada babi yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Penyakit ini sangat cepat menyebar kedalam kelompok ternak dalam waktu 1 minggu, pada umumnya penyakit ini dapat sembuh dengan cepat kecuali bila terjadi komplikasi dengan bronchopneumonia, akan berakibat pada kematian. ( FENNER et al.,1987)
b. Etiologi
· Penyebab Flu Burung adalah :
ü Virus influenza tipe A
ü Termasuk famili orthomyxoviridae
ü Dapat berubah-ubah bentuk
ü Terdiri dari hemaglutinin (H) Neuramidase (N). Kedua huruf digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya.
ü Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H3N3, H5N1, H9N2, H7N7, sedangkan pada binatang H1H5 dan N1N9.
ü Strain yang sangat virulen / ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1
ü Virus tersebut dapat bertahan di air sampai 4 hari pada suhu 22 ̊ C dan lebih dari 30 hari pada 0 ̊ C
ü Virus akan mati pada pemanasan 60 ̊ C selama 30 menit / 56 ̊ C selama 3 jam dan dengan detergen, desinfektan missal formalin cairan yang mengandung iodine.
· Penyebab Flu Babi adalah :
ü Virus-virus influenza ( tipe A, B, C) adalah virus RNA berselubung dengan genome bersegmen, ini artinya kode genetik RNA virus tidak merupakan untai tunggal RNA tetapi terdapat sebagai delapan segmen RNA yang berbeda pada virus-virus influenza. Virus influenza manusia / burung dapat menginfeksi sel saluran pernapasan babi pada saat yang sama dengan virus influenza babi; beberapa untai RNA yang bereplikasi dari virus manusia dapat terjadi kesalahan dan memasuki selubung virus flu babi.
ü Babi memainkan peran yang unik sebagai suatu host intermediet bagi tipe flu baru karena sel-sel saluran pernapasan babi dapat terinfeksi secara langsung virus flu burung, manusia, dan mamalia lain. Selanjutnya, sel-sel pernapasan babi dapat terinfeksi banyak tipe flu dan dapat berfungsi sebagai wadah penyempurnaan untuk segmen-segmen RNA flu. Virus flu burung, yang biasanya menginfeksi sel saluran pencernaan pada banyak spesies burung keluar bersama kotoran burung. Babi dapat memperoleh virus ini dari lingkungan & tampaknya ini merupakan cara utama segmen RNA virus flu burung masuk ke dalam populasi virus flu mamalia.
a. Pathway
a. Pemeriksaan Diagnostik
No
|
Pemeriksaan Diagnostik
|
Temuan
|
Normal
|
1
|
Pemeriksaan Apusan
|
Ditemukan virus / bakteri yang menyebabkan flu burung
|
Tidak ditemukan virus / bakteri yang menyebabkan flu burung
|
2
|
Rontgen
|
Pemeriksaan toraks dapat dilihat yaitu bagi penderita H5N1 dan H1N1 terdapat pneumonia (radang membrane paru) akibat eksudat pada rongga pleura yang berlebihan
|
Paru-paru bersih (tidak ditemukan pneumonia)
|
3
|
Pemeriksaan darah rutin
|
ü Leukosit
Pada pasien H5N1 dan H1N1 ditemukan leukosit meningkat.
|
Leukosit normal baik laki-laki maupun perempuan yaitu 5 – 10.000
Hb
Hb normal laki-laki yaitu 13,5 – 18 g/dl
Hb normal wanita yaitu 11,5 – 16 g/dl
|
4
|
Pemeriksaan Lab.virologi
|
ü PCR
Pemeriksaan dapat mendeteksi adanya virus influenza
|
Tidak ditemukan virus influenza
|
5
|
CT-Scan dan MRI
|
Memeberikan gambaran khas yang terletak di pons dan thalamus. Kelainan yang khas yang terletak di pons dan thalamus yang tampak dalam CT otak adalah gambaran densitas rendah simetris di thalamus, pons dan batang otak. Pada pemeriksaan MRI dengan kontras didapatkan gambaran kelainan berbentuk outcome ensefalitis/ensefalopati berhubungan dg usia penderita & temuan CT / MRI.
|
Tidak ditemukan gambaran khas kelainan otak pada thalamus, pons, dan batang otak.
|
a. Tanda dan Gejala
· Tanda dan gejala flu burung adalah :
a. Gejala pada unggas :
ü Jengger berwarna biru
ü Borok di kaki
ü Kematian mendadak
b. Gejala pada manusia :
ü Demam ( suhu badan di atas 38 ̊ C)
ü Batuk dan nyeri tenggorokan
ü Radang saluran pernapasan atas
ü Pneumonia
ü Infeksi mata
ü Nyeri sendi dan otot ( Badan Penelitian & Pengembangan Kes.Depkes RI)
· Tanda dan gejala flu babi yaitu umumnya mirip dengan kebanyakan infeksi influenza
ü Demam (38 ̊ C atau lebih )
ü Batuk
ü Sekresi hidung berlebihan
ü Keletihan
ü Sakit kepala
ü Mual
ü Muntah
ü Diare
ü Nyeri otot dan tulang
ü Sakit tenggorokan
ü Menggigil dan lemas
ü Tidak nafsu makan
ü Bersin – bersin
Tanda dan gejala lain pada anak-anak :
ü Nafas terengah-engah
ü Kulit menjadi kehitaman / keabuan
ü Malas minum
ü Muntah-muntah
ü Tidak bisa bangun dan berinteraksi dengan baik
ü Tidak mau disentuh
ü Terkadang gejala hilang tetapi demam & batuk masih ada (Capernito, Linda juall, 2001)
a. Komlikasi
· Meningitis
· Encephalitis
· Myocarditis
· Paralisis akut flaksid
b. Prognosa
Prognosa buruk, angka kematian penderita sangat tinggi.
a. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi
a. Pasien dengan flu babi akan dievaluasi apakah termasuk kelompok dengan gejala klinis ringan, sedang / berat.
b. Kelompok dengan gejala klinis ringan dipulangkan dengan diberi obat simptomatis dan KIE untuk waktu istirahat dirumah.
c. Kelompok gejala klinis sedang, dirawat di ruang isolasi dan mendapat oseltamivir 2 x 75 mg.
d. Untuk kelompok dengan gejala klinis berat dirawat di ICU.
e. Pemeriksaan laboratorium sesuai jadwal yang sudah ditentukan.
f. Di ruang rawat inap : dilakukan evaluasi keadaan umum, kesadaran umum, tanda vital, pantau saturasi oksigen.
g. Terapi suportif.
Penatalaksanaan medis pasien flu burung terutama bersifat suportif. Semua kasus suspek masuk ke rumah sakit melalui triage. Pada waktu di triage pasien diharuskan memakai masker dan petugas juga sudah mengenakan Alat Pelindung Perorangan berupa masker dan sarung tangan. Setelah di lakukan assessment & diklarifikasikan oleh dokter Tim KLB / dokter jaga, dilakukan pemeriksaan laboratorium hematologi rutin, foto toraks, serta dilakukan “rapid test” untuk influenza A/B. Bila perlu dilakukan pemeriksaan analisa gas darah untuk menilai beratnya penyakit. Bila memang memenuhi kriteria suspek dan perlu diinvestigasi maka pasien dirawat diruang isolasi. Pada saat awal tersebut bila masuk indikasi maka dapat diberikan obat antiviral oseltamivir.
a. Daftar Pustaka
BROWN I.H., S.H. DONE, Y.I. SPENCER,W.A.COOLEY, P.A. HARRIS, and D.J. ALEXANDER, 1993. Pathogenicity of a swine influenza H1N1 virus antigenically distinguisable from classical and European strains. Vet. Record 132, 24: 598-602.
HAMPSON A. 1996. Influenza-Dealing with a continually emerging disease. In Communicable Diseases Intelligence. (20) 9: 212-216.
KARASIN A.I., I.H. BROWN, S. CARMAN and C.W. OLSEN 2000. Isolation and Characterization of H4N6 Avian Influenza Viruses from Pigs with Pneumonia in Canada. J. of Vir. (74) 19: 9322-9327.
LANDOLT G.A., A.I. KARASIN, L.PHILLIPS and C.W.OLSEN, 2003. Comparison of the Pathogenesis of Two Genetically Different H3N2 Influenza Virus in Pigs. J. of Clin.Microb. (41) 5: 1936-19041
LANZA I., I.H. BROWN, and D.J. PATON, 1992. Pathogenicity of concurrent infection of pigs with porcine respiratory corona virus and swine influenza virus. Res. in Vet. Science 53: 309-314.
Capernito,Linda juall.2001.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta.EGC
Corwin,Ellizabetz,2001.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta.EGC
Doengoes,1999.Perencanaan Asuhan Keperawatan.Jakartan.EGC
A. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian Umum
Data tergantung pada tahap penyakit dan darajat yang terkena
AKTIVITAS / ISTIRAHAT
Gejala : Kelelahan umum & kelemahan
Nafas pendek saat bekerja
Kesulitan tidur pada malam / demam malam hari, mengigil dan berkeringat
Mimpi buruk
Tanda : Dipsnea pada saat kerja
Kelelahan otot, nyeri, dan sesak ( tahap lanjut)
INTEGRITAS EGO
Gejala : Adanya / faktor stress
Masalah keuangan
Perasaan tak berdaya
Tanda : Menyangkal ( khususnya selama tahap dini)
Ansietas, ketakutan, mudah terangsang
MAKANAN / CAIRAN
Gejala : Kehilangan nafsu makan
Anoreksia
Tak dapat mencerna
Penurunan berat badan
Tanda : Turgor kulit buruk, kering / kulit berisisik
Kehilangan otot / hilang lemak subkutan
NYERI / KENYAMANAN
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit
Perilaku distraksi, gelisah
PERNAPASAN
Gejala : Batuk produktif / tak produktif
Napas pendek
Riwayat H5N1 & H1N1 / terpajan pada individu terinfeksi
Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan
Perkusi pekak dan penurunan fremitus. Bunyi napas: menurun / tak ada secara bilateral /unilateral. Bunyi napas tubuler. Karakteristik sputum : hijau / purulen, mukoid kuning.
Tak perhatian, mudah terangsang, dan perubahan mental ( tahap lanjut)
KENYAMANAN
Gejala : Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker
Tes HIV positif
Tanda : Demam tinggi / sakit panas akut
INTERAKSI SOSIAL
Gejala : Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular
Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab / perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
PENYULUHAN / PEMBELAJARAN
Gejala : Riwayat keluarga H5N1 / H1N1
Ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk
Gagal untuk membaik / kambuhnya penyakit
Tidak berpartisipasi dalam terapi
( Marlyn E. Dongoes ( 2001) )
a. Diagnosa Keperawatan
· Analisa Data
No
|
Symptom
|
Etiologi
|
Problem
|
Masalah Keperawatan
|
Diagnosa Keperawatan
|
1
|
Ds: Klien mengeluh batuk, napas pendek saat kerja, sesak(wheezing), nyeri dada karna batuk berulang.
Do: Frek.napas meningkat, eksudat pada bronkus, dipsneu, sekresi hidung meningkat, napas terengah2, ronkhi.
|
Penumpukan sekret
Penurunan suplai oksigen
|
Bersihan jalan napas tidak efektif
Pola napas tdk efektif
|
Bersihan jalan napas tidak efektif
Pola napas tdk efektif
|
Bersihan jalan napas tidak efektif b/d penumpukan sekret
Resiko pola napas tidak efektif b/d penurunan suplai oksigen
|
2
|
Ds: Klien mengeluh mual, muntah, klien mengatakan tidak nafsu makan, sakit kepala, sakit tenggorokan.
Do: Frek.BAB lebih dari 3x sehari, feses encer, bibir kering, mata cekung, kulit kering, tek.darah menurun (>110/65 mmHg)
|
Output cairan berlebihan
Kekurangan cairan
|
Gg. Keseimbangan cairan
Resiko syok hipovolemik
|
Gg. Keseimbangan cairan
Resiko syok hipovolemik
|
Gg. Keseimbangan cairan b/d output cairan berlebihan
Resiko syok hipovolemik b/d kekurangan cairan
|
3
|
Ds: Klien mengeluh mual, muntah, tidak nafsu makan, nyeri tenggorokan, anoreksia, lemah, lemas, tidak dapat beristirahat pada malam hari.
Do: Berat badan menurun, tonsil bengkak.
|
Gg.keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
Gg.keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
Gg.keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Absorbsi nutrisi tidak adekuat
| |
4
|
Ds: Klien mengeluh suhu tubuh tinggi, menggigil pada malam hari.
Do: Suhu tubuh > 38̊ C
Mata cekung, bibir pucat
|
Hipertermi
|
Hipertermi
|
Hipertermi b/d Perubahan regulasi temperature
| |
5
|
Ds: Klien mengeluh lemah, lemas, nyeri pada sendi, otot, dan tulang,prilaku distraksi,tidak bisa bangun.
Do: Gelisah, tidak bisa bangun dan berinteraksi dg baik, tidak mau disentuh, sensitive, berhati-hati pada area yang sakit, myalgia, kelelahan otot,hasil lab. menunjukan adanya infeksi oleh virus pada sendi dan tulang.
|
Nyeri
Inflamasi virus pada persendian
|
Intoleransi aktivitas
Nyeri
|
Intoleransi aktivitas
Nyeri
|
Intoleransi aktivitas b/d nyeri
Nyeri b/d inflamasi virus
|
b. Prioritas Masalah
· Bersihan jalan napas tidak efektif
· Pola napas tidak efektif
· Gg.keseimbangan cairan
· Gg.keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
· Nyeri sendi
· Hipertermi
· Intoleransi aktivitas
· Resiko syok hipovolemik
a. Intervensi
No
|
Dx. Keperawatan
|
Tujuan & KH
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Bersihan jalan napas tidak efektif b/d penumpukan sekret
|
Dalam waktu 1x 30 menit, jalan napas kembali efektif.
KH : sesak berkurang, bunyi weezing pd nafas berkurang, nyeri dada berkurang, sekresi hidung berkurang, frek.nafas mulai optimal.
|
Pemeriksaan fisik
dengan cara auskultasi
mendengarkan suara
nafas (adanya ronchi).
Bebaskan jalan nafas
dengan mengatur posisi
kepala ekstensi.
Bersihkan saluran nafas
dari sekret dan lendir
|
Ronchi menunjukkan
adanya gangguan
pernafasan akibat atas
cairan atau sekret yang
menutupi sebagian dari
saluran pernafasan
sehingga perlu
dikeluarkan untuk
mengoptimalkan jalan
nafas.
Secara anatomi posisi
kepala ekstensi
merupakan cara untuk
meluruskan rongga
pernafasan sehingga
proses respiransi tetap
berjalan lancar dengan
menyingkirkan
pembuntuan jalan nafas.
Tindakan bantuan
untuk mengeluarkan
sekret, sehingga
mempermudah proses
respirasi
|
2
|
Pola napas tdk efektif b/d penurunan suplai oksigen
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x 30 menit, pola napas kembali efektif.
KH : Sesak berkurang, frek. Napas mulai optimal (16-20x /mnt).
|
Auskultasi bunyi napas,
catat area yang
menurun, ada tidaknya
bunyi napas, dan adanya
bunyi tambahan
Tinggikan kepala tempat
tidur, letakkan posisi
duduk semi fowler,
bantu peningkatan
waktu tidur
Evaluasi frekuensi pernapasan, catat upaya
pernapasan, catat adanya
dispnea
Catat respon pada
pelatihan napas dalam
atau pengobatan
pernapasan lain, catat
bunyi napas sebelum
atau sesudah pengobatan
Kolaborasi
Kaji ulang laporan foto
dada dan pemeriksaan
laboratorium setelah
indikasi
|
Bunyi napas sering
menurun pada dasar
paru berhubungan
dengan terjadinya
atelektasis. Bunyi
tambahan seperti
crackels/ronchi dapat
menunjukkan
akumulasi cairan atau
obstruksi jalan napas
parsial
Merangsang fungsi
pernapasan atau
ekspansi paru, efektif
pada pencegahan dan
kongesti paru
Kecepatan upaya mungkin meningkatkan
nyeri, takut, demam,
menurunkan volume
respirasi, akumulasi
secret dan hipoksia,
penurunan kecepatan
dapat terjadi dari
penggunaan analgesic
berlebihan
Catat keefektifan terapi
atas kebutuhan untuk
pemilihan intervensi
lebih agresif
Melihat kemajuan kondisi tubuh klien
|
3
|
Gg.keseimbangan cairan b/d output cairan berlebihan
|
Dalam waktu 1x 30 menit, kebutuhan cairan tubuh pasien terpenuhi.
KH : Nafsu makan bertambah, pasien tampak segar, sakit kepala berkurang, sakit tenggorokan berkurang, frek. BAB dalam batas normal (2/3 x sehari), feses tidak encer, bibir tampak lembab, turgor kulit baik, kulit lembab, mata tdk cekung.
|
Rencanakan target
pemberian asupan cairan
Kaji pemahaman klien tentang alasan mempertahankan hidrasi yg adekuat
Catat intake dan output cairan
Pantau intake per oral
Pantau output cairan
|
Mempermudah
memantauan kondisi
klien
Pemahaman tentang alasan tersebut
membantu klien dalam
mengatasi gangguan
Untuk mengetahui
perkembangan status
cairan klien
Untuk mengontrol
intake cairan klien
Untuk mengetahui
perkembangan status
cairan klien
|
4
|
Gg.keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d absorbsi nutrisi tak adekuat
|
Dalam waktu 1x 30 menit, kebutuhan nutrisi terpenuhi.
KH : Pasien tampak segar, ada nafsu makan, mual dan muntah berkurang, anoreksia hilang, dapat mencerna dan menelan makanan, berat badan bertambah.
|
Kaji riwayat nutrisi,
termasuk makanan yang disukai
Observasi dan catat
masukan makanan
pasien
Berikan makan sedikit
dan frekuensi sering
dan/atau makan di
antara waktu makan
Berikan dan bantu
higiene mulut yang baik;
sebelum dan sesudah
makan, gunakan sikat
gigi halus untuk
penyikatan yang lembut
Kolaborasi
Konsul pada ahli gizi
Pantau pemeriksaan
laboratorium seperti Hb,
Hct, BUN, Albumin,
Protein, Transferin, Besi
Serim, B12, Asam Folat, TIBC, Elektrolit Serum
|
Mengidentifikasi
defisiensi, sehingga mempermudah melaksanakan intervensi
Mengawasi masukan
kalori atau kualitas
kekurangan konsumsi
makanan
Makan sedikit dapat
menurunkan kelemahan
dan meningkatkan
pemasukan
Meningkatkan nafsu
makan dan pemasukan
oral, menurunkan
pertumbuhan bakteri,
meminimalkan
kemampuan infeksi
Membantu dalam
membuat rencana diet
untuk memenuhi
kebutuhan individual
Meningkatkan
efektivitas program
pengobatan, termasuk
sumber diet nutrisi
yang dibutuhkan
|
5
|
Nyeri b/d inflamasi virus
|
Dalam waktu 1 x 24 jam, nyeri berkurang.
KH : Klien mengatakan nyeri sendi dan tulang berkurang, kelelahan otot berkurang, dapat beristirahat dg tenang. Ekspresi wajah rileks, keluhan nyeri berkurang, skala nyeri berkurang (skala 2), dapat beraktivitas dan berinteraksi dg baik.
|
Evaluasi keluhan nyeri, pertahankan lokasi dan karakteristik nyeri termasuk intervensi (skala 0-10) pertahankan nyeri, non verbal .
Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sehubungan dengan nyeri.
Berikan alternatif tindakan kenyamanan (massage)
Selidiki adanya keluhan nyeri yang tiba-tiba / buruk tidak hilang dengan analgetik
Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
|
Mempengaruhi pilihan / pengawasan keefektifan intevensi.
Membantu menghilangkan ansietas.
Menurunkan area tek.lokal & kelelahan otot
Dapat menandakan terjadinya komplikasi( cth: infeksi, iskemik jaringan)
Mempertahankan kadar analgesic darah yg adekuat.
|
6
|
Hipertermi b/d perubahan pada regulasi temperature
|
Dalam waktu 1x 60 menit, suhu tubuh dalam batas normal.
KH : demam hilang/berkurang, dapat beristirahat pd malam hari, wajah tampak segar, mata tidak cekung, bibir lembab.
|
Observasi tanda-tanda
vital terutama suhu
tubuh
Pantau suhu lingkungan
Pantau intake dan output
Cairan
Jelaskan kepada klien
pentingnya
mempertahankan intake
cairan adekuat
Kolaborasi
Berikan antipireutik
seperti aspirin atau
asetaminoven
|
Menentukan langkah
intervensi selanjutnya
Suhu ruangan harus di
ubah untuk
mempertahankan suhu
normal
Pemahaman tentang
alasan tersebut
membantu klien dalam
mengatasi gangguan
Untuk mengetahui
perkembangan status
cairan klien
Digunakan untuk
mengurangi demam
dengan aksisentralnya
pada hipotalamus
meskipun demam dapat
bergun untuk mengatasi
pertumbuhan
organisme dan
meningkatkan
autoimun dari sel-selyang terinfeksi
|
7
|
Intoleransi aktivitas b/d nyeri
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x 24 jam, pasien dapat melakukan akivitas maksimal sesuai kemampuan.
KH : Nyeri berkurang pd saat bergerak, pasien dapat beristirahat dg nyaman, pasien sudah mulai dapat berinteraksi dg baik.
|
Kaji kesiapan untuk
meningkatkan aktivitas
contoh: penurunan
kelemahan/ kelelahan,
TD stabil, frekuensi
nadi, peningkatan
perhatian pada
aktivitas dan perawatan
diri
Kaji kemampuan pasien
untuk melakukan tugas
normal, catat laporan
kelelahan, keletihan, dan
kesulitan menyelesaikan
tugas
Rencanakan
kemampuan aktivitas
dengan pasien, termasuk
aktivitas yang pasien
pandang perlu.
Tingkatkan tingkat
aktivitas sesuai toleransi
Berikan lingkungan
tenang. Pertahankan
tirah baring bila
diindikasikan. Pantau
dan batasi pengunjung,
telepon, dan gangguan
berulang tindakan yang
tak direncanakan
Berikan bantuan dalam
aktivitas bila perlu,
memungkinkan pasien
untuk melakukannya
sebanyak mungkin
Anjurkan klien menggunakan teknik
penghematan energy
Anjurkan pasien untuk
menghentikan aktivitas
bila palpitasi, nyeri
dada, napas pendek,
kelemahan, atau pusing
terjadi
|
Stabilitas fisiologis
pada istirahat
penting untuk
memajukan tingkat
aktivitas individual
Mempengaruhi pilihan
intervensi/bantuan
Meningkatkan istirahat
untuk menurunkan
kebutuhan oksigen
tubuh dan menurunkan
regangan jantung dan
paru
Meningkatkan secara
bertahap tingkat
aktivitas sampai normal
dan memperbaiki
stamina tanpa
kelemahan
Mempertahankan
tingkat energi dan
meningkatkan regangan
pada sistem jantung dan
pernapasan
Membantu bila perlu,
harga diri ditingkatkan
bila pasien melakukan
sesuatu sendiri
Mendorong pasien
melakukan banyak
dengan membatasi
penyimpangan energi
dan mencegah
kelemahan
Regangan/stres
kardiopulmonal
berlebihan/stres dapat
menimbulkan
dekompensasi
/kegagalan
|
8
|
Resiko syok hipovolemik b/d kekurangan cairan
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x 60 cairan tubuh pasien terpenuhi.
KH: Pasien tampak segar, turgor kulit baik, mata tidak cekung, kulit lembab, tanda2 vital stabil.
|
Kaji turgor kulit, membrane mukosa & rasa haus
Pantau tanda-tanda vital, termasuk CVP bila terpasang, catat hipertensi, termasuk perubahan postural
Pantau pemasukan oral & memasukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari
Ukur haluran & berat jenis urine
Timbang berat badan
Berikan cairan / elektrolit
Catat peningkatan suhu dan durasi demam. Berikan kompres hangat sesuai indikasi. Pertahankan kenyamanan suhu lingkungan
Berikan obat-obatan sesuai indikasi : Antiemetik. mis.prokloperazin maleat (compazine); trimetobenzamid (Tigan); metaklopramid (Reglan).
|
Indikator tidak langsung dari status cairan
Indikator dari volume cairan sirkulasi
Mempertahankan keseimbangan cairan
Peningkatan berat jenis urine menunjukan perubahan perfusi ginjal / volume sirkulasi
Melihat peningkatan asupan makanan yg diberikan
Mendukung / memperbesar volume sirkulasi, terutama pemenuhan oral tak adekuat
Menigkatkan kebutuhan metabolisme
Mengurangi insiden muntah untuk mengurangi kehilangan cairan / elektrolit lanjut
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar